Masyarakat adalah sekelompok individu
yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki
budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat,
dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang
dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu,
sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari
hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh
orang lain atau umum.
Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial.
Pokok Bahasan Sosiologi
Pokok bahasan sosiolgi ada empat:
1. Fakta sosial
sebagai cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar
individu dan mempunya kekuatan memaksa dan mengendalikan individu
tersebut.
Contoh, di sekolah seorang murid diwajidkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru.
Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan
memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa
dilihat adanya cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di
luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan
individu (murid).
2. Tindakan sosial sebagai tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain.
Contoh,
menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial,
tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga
mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial.
3. Khayalan sosiologis sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah persmasalahan (troubles) dan isu (issues).
Permasalahan pribadi individu merupakan ancaman terhadap nilai-nilai
pribadi. Isu merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi
individu.
Contoh,
jika suatu daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka
pengangguran itu adalah masalah. Masalah individual ini pemecahannya
bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di kota
tersebut ada 12 juta penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang
ada, maka pengangguran tersebut merupakan isu, yang pemecahannya
menuntut kajian lebih luas lagi.
4. Realitas sosial
adalah penungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh
sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian
secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan
pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.
Kegunaan Sosiologi
Kegunaan Sosiologi dalam masyarakat,antara lain:
Sosiologi berguna untuk memberikan data-data sosial yang diperlukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembangunan
Tanpa
penelitian dan penyelidikan sosiologis tidak akan diperoleh perencanaan
sosial yang efektif atau pemecahan masalah-masalah sosial dengan baik.
Sejarah Perkembangan Sosiologi
Sebagai
suatu disiplin akademis yang mandiri, sosiologi masih berumur relatif
muda yaitu kurang dari 200 tahun. Istilah sosiologi untuk pertama kali
diciptakan oleh Auguste Comte dan oleh karenanya Comte sering disebut
sebagai bapak sosiologi. Istilah sosiologi ia tuliskan dalam karya
utamanya yang pertama, berjudul The Course of Positive Philosophy, yang
diterbitkan dalam tahun 1838. Karyanya mencerminkan suatu komitmen yang
kuat terhadap metode ilmiah. Menurut Comte ilmu sosiologi harus
didasarkan pada observasi dan klasifikasi yang sistematis bukan pada
kekuasaan dan spekulasi. Hal ini merupakan pandangan baru pada saat itu.
Di Inggris Herbert Spencer menerbitkan bukunya Principle of Sociology
dalam tahun 1876. Ia menerapkan teeori evolusi organik pada masyarakat
manusia dan mengembangkan teori besar tentang “evolusi sosial” yang
diterima secara luas beberapa puluh tahun kemudian. Seorang Amerika
Lester F. Ward yang menerbitkan bukunya “Dynamic Sociology” dalam tahun
1883, menghimbau kemajuan sosial melalui tindakan-tindakan sosial yang
cerdik yang harus
diarahkan oleh para sosiolog.
Seorang Perancis, Emile Durkheim menunjukkan pentingnya metodologi ilmiah dalam sosiologi. Dalam bukunya Rules of Sociological Method yang diterbitkan tahun 1895, menggambarkan metodologi yang kemudian ia teruskan penelaahannya dalam bukunya berjudul Suicide yang diterbitkan pada tahun 1897. Buku itu memuat tentang sebab-sebab bunuh diri, pertama-tama ia merencanakan desain risetnya dan kemudian mengumpulkan sejumlah besar data tentang ciri-ciri orang yang melakukan bunuh diri dan dari data tersebut ia menarik suatu teori tentang bunuh diri. Kuliah-kuliah sosiologi muncul di berbagai universitas sekitar tahun 1890-an. The American Journal of Sociology memulai publikasinya pada tahun 1895 dan The American Sociological Society (sekarang bernama American Sociological Association) diorganisasikan dalam tahun 1905. Sosiolog Amerika kebanyakan berasal dari pedesaan dan mereka kebanyakan pula berasal dari para pekerja sosial; sosiolog Eropa sebagian besar berasal dari bidang-bidang sejarah, ekonomi politik atau filsafat.
Bapak
Pendiri Sosiologi (The Founding Fathers Of Sosiology) Empat yang sampai
kini pikirannya masih dipakai dalam teori sosiologi, yaitu Auguste
Comte, Karl Marx, Max Weber, dan Emile Durkheim. Pandangan mereka telah
memberi stimulan diskusi panjang tentang pelbagai persoalan terkait dgn
kehidupan ekonomi, politik, dan kebudayaan. Pandangan mereka juga
digunakan dalam disiplin ilmu social lain seperti ilmu politik, ekonomi,
antropologi, dan sejarah.
1. Auguste Comte (1798-1857)
Auguste
Comte (Perancis, 1798-1857) mengemukakan istilah awal : SOCIAL PHYSICS
(FISIKA SOSIAL) karena istilah ini sudah digunakan oleh ahli statistik
sosial BelgiaAdophe Quetelet, maka istilah diubah menjadi sociology.
Auguste Comte membagi sosiologi ke dalam dua pendekatan yakni:
A. Statika sosial (social static) : mengkaji tatanan sosial. Statika mewakili stabilitas.
B. Sosial
dinamik : mengkaji kemajuan dan perubahan social. Dinamika mewakili
perubahan. Progres dlm membaca fenomena sosial perlu melihat masyarakat
secara keseluruhan sebagai unit analisis. Dengan memakai analogi dari
biologi, Comte menyatakan bahwa hubungan antara statika dan dinamika
merujuk pada konsep order didalamnya ditekankan bahwa bagian-bagian dari
masyarakat tidak dapat dimengerti secara terpisah, tetapi harus dilihat
sebagai satu kesatuan yg saling berhubungan.
2. Karl Marx (1818-1883)
Karl Marx lahir di Trier, Jerman tahun 1818 dari kalangan keluarga rohaniwan Yahudi. Ia berkolaborasi dengan Friedrich Engels menulis buku berjudul The Communist Manifesto (1848). Lalu menulis buku : Das Capital, dua bab terakhir buku ini diteruskan oleh Engels karena Marx keburu meninggal. Menurut Marx, sejarah manusia mulai dari pertanian primitive, feudal dan industri, ditandai hubungan social yg melembagakan sifat ketergantungan untuk mengontrol atau menguasai sumber-sumber ekonomi. Mereka yg menguasai dan mengonytol sumber-sumber ekonomi adalah kelas atas, seangkan mereka yg hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak punya sama sekali adalah dari kelas bawah. Terjadi penindasan oleh kelas atas terhadap kelas bawah. Fokus perhatian Marx pada dua kelas penting : BORJUIS (kelas atas/kapitalis yg memiliki memiliki alat-alat produksi seperti pabrik dan mesin) dan PROLETAR (kelas bawah/ para buruh yg bekerja pada borjuis). Pendapat Marx terhadap fenomena social semacam itu (penindasan /eksploitasi kaum borjuis terhadap kaum proletar) hanya dapat dihentikan dengan cara mengganti atau merusak system kapitalis. Caranya dengan melakukan revolusi (prinsip konflik) kemudian mengg antinya dengan system yg lebih menghargai martabat manusia. Disamping dipuja banyak orang, Marx juga dikecam banyak orang, terutama pendapatnya tentang “agama sebagai candu masyarakat“ (the opium of the people).
3. Max Weber (1864-1920)
Max
Weber lahir di Erfurt, Jerman berasal dari keluarga kaya dan
terpandang. Ayahnya seorang birokrat (kelak akan mewarnai pikiran beliau
tentang birokrasi) yg menduduki posisi politik penting, sedangkan
ibunya adalah seorang pemeluk agama Calvinisme yg sangat taat (juga
mempengaruhinya melakukan studi tentang kaitan etika protestan dengan
spirit kapitlisme industrial). Beliau menempuh kuliah di Universitas
berlin belajar hukum. Setelah berhasil mengambilgelar doctor ia
berprofesi sebagai praktisi hukum, di samping itu ia juga bekerja
sebagai dosen di Universitas Wina dan Munich. Ia banyak mendalami
masalah ekonomi, sejarah, dan sosiologi. Bukunya yg terkenal berjudul “ A
Contribution to the histoy of Medieval Business Organizations” dan “
The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism” (1904) . Dalam
bukunya yg kedua ini ia mengemukakan tesisnya mengenai keterkaitan
antara etika protesan dengan munculnya kapitalisme di Eropa Barat.
Pandangan Weber, kenyataan social lahir dari motivasi individu dan
tindakan-tindakan social (social action). Dari pandangannya sebenarnya
Weber lazim digolongkan “nominalis” yg lebih percaya bahwa hanya
individu-individu sajalah yg riil secara obyektif, dan masyarakat adalah
satu nama yg menunjukan pada sekumpulan individu yg menjalin hubungan.
Pandangan beliau tentang tindakan sosila inilah yg kemudian menjadi
acuan dikembangkannya teori sosiologi yg membahas interaksi social.
4. Émile Durkheim (1858-1917)
Lahir
di Epinal, Perancis dan berasal dari keluarga yg mewarisi tradisi
sebagai pendeta Yahudi. Ia awlnya sebenarnya bersekolah untuk menjadi
pendeta. Durkheim merupakan ilmuwan yg sangat produktif. Salah satu
karyanya yg berjudul “ The division of Labor in Society” (1968) membahas
mengenai gejala yg sedang melanda masyarakat : pembagian kerja. Ia
mengemukakan bahwa di bidang perekonomian seperti industri modern
terjadi penggunaan mesin serta konsentrasi modal dan tenaga kerja yg
mengakibatkan pembagian kerja ke dalam bentuk spesialisasi dan pemisahan
okupasi yg semakin rinci. Pembagian tersebut dijumapai pula di bidang
perniagaan dan pertanian. Lalu melebar pula pada bidang-bdang kehidupan
yg lainnya : hukum, politik,kesenian
Perkembangan Sosiologi di Indonesia
Sejak jaman kerajaan di Indonesia sebenarnya para raja dan pemimpin di Indonesia sudah mempraktikkan unsur-unsur Sosiologi dalam kebijakannya begitu pula para pujangga Indonesia. Misalnya saja Ajaran Wulang Reh yang diciptakan oleh Sri PAduka Mangkunegoro dari Surakarta, mengajarkan tata hubungan antara para anggota masyarakat Jawa yang berasal dari golongan-golongan yang berbeda, banyak mengandung aspek-aspek Sosiologi, terutama dalam bidang hubungan antar golongan (intergroup relations).
Ki
Hajar Dewantoro, pelopor utama pendidikan nasional di Indonesia,
memberikan sumbangan di bidang sosiologi terutama mengenai konsep-konsep
kepemimpinan dan kekeluargaan di Indonesia yang dengan nyata di
praktikkan dalam organisasi pendidikan Taman Siswa.
Pada
masa penjajahan Belanda ada beberapa karya tulis orang berkebangsaan
belanda yang mengambil masyarakat Indonesai sebagai perhatiannya seperti
Snouck Hurgronje, C. Van Vollenhoven, Ter Haar, Duyvendak dll. Dalam
karya mereka tampak unsur-unsur Sosiologi di dalamnya yang dikupas
secara ilmiah tetapi kesemuanya hanya dikupas dalam kerangka non
sosiologis dan tidak sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
Sosiologi pada waktu itu dianggap sebagai Ilmu pembantu bagi ilmu-ilmu
pengetahuan lainnya. Dengan kata lain Sosiologi ketika itu belum
dianggap cukup penting dan cukup dewasa untuk dipelajari dan
dipergunakan sebagai ilmu pengetahuan, terlepas dari ilmu-ilmu
pengetahuan lainnya.
Kuliah-kuliah
Sosiologi mulai diberikan sebelum Pernag Dunia ke dua diselenggarakan
oleh Sekolah Tinggi Hukum (Rechtshogeschool) di Jakarta. Inipun kuliah
Sosiologi masih sebagai pelengkap bagi pelajaran Ilmu Hukum. Sosiologi
yang dikuliahkan sebagin besar bersifat filsafat Sosial dan Teoritis,
berdasarkan hasil karya Alfred Vierkandt, Leopold Von Wiese, Bierens de
Haan, Steinmetz dan sebagainya. Pada tahun 1934/1935 kuliah-kuliah
Sosiologi pada sekolah Tinggi Hukum tersebut malah ditiadakan. Para Guru
Besar yang bertaggung jawab menyusun daftar kuliah berpendapat bahwa
pengetahuan dan bentuk susunan masyarakat beserta proses-proses yang
terjadi di dalamnya tidak diperlukan dalam pelajaran hukum. Setelah
proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, seorang
sarjana Indonesia yaitu Soenario Kolopaking.
Untuk
pertama kalinya member kuliah sosiologi (1948) pada Akademi Ilmu
Politik di Yogyakarta (kemudia menjadi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik
UGM . Beliau memberika kuliah dalam bahasa Indonesia ini merupakan suatu
yang baru, karena sebelum perang dunia ke dua semua perguruan tinggi
diberikan dalam bahasa Belanda. Pada Akademi Ilmu Politik tersebut,
sosiologi juga dikuliahkan sebagai ilmu pengetahuan dalam Jurusan
Pemerintahan dalam Negeri, hubungan luar negeri dan publisistik.
Kemudian pendidkikan mulai di buka dengan memberikan kesempatan kepara
para mahasiswa dan sarjana untuk belajar di luar negeri sejak tahun
1950, mulailah ada beberapa orang Indonesia yang memperdalam pengetahuan
tentang sosiologi.
Buku
Sosiologi mulai diterbitkan sejak satu tahun pecahnya revolus fisik.
Buku tersebut berjudul Sosiologi Indonesai oleh Djody Gondokusumo,
memuat tentang beberapa pengertian elementer dari Sosiologi yang
teoritis dan bersifat sebagai Filsafat.
Selanjutnya buku karangan Hassan Shadily dengan judul Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia yang merupakan merupakan buku pelajaran pertama yang berbahasa Indonesia yang memuat bahan-bahan sosiologi yang modern. Para pengajar sosiologi teoritis filosofis lebih banyak mempergunakan terjemahan buku-bukunya P.J. Bouman, yaitu Algemene Maatschapppijleer dan Sociologie, bergrippen en problemen serta buku Lysen yang berjudul Individu en Maatschapppij. Buku-buku Sosiologi lainnya adalah Sosiologi Suatu Pengantar Ringkas karya Mayor Polak, seorang warga Negara Indonesia bekas anggota Pangreh Praja Belanda, yang telah mendapat pelajaran sosiologi sebelum perang dunia kedua pada universitas Leiden di Belanda. Beliau juga menulis buku berjudul Pengantar Sosiologi Pengetahuan, Hukum dan politik terbit pada tahun 1967. Penulis lainnya Selo Soemardjan menulis buku Social Changes in Yogyakarta pada tahun 1962. Selo Soemardjan bersama Soelaeman Soemardi, menghimpun bagian-bagian terpenting dari beberapa text book ilmu sosiologi dalam bahasa Inggris yang disertai dengan pengantar ringkas dalam bahasa Indonesia dirangkum dalam buku Setangkai Bunga Sosiologi terbit tahun 1964.
Dewasa
ini telah ada sejumlah Universitas Negeri yang mempunyai Fakultas
Sosial dan politik atau Fakultas Ilmu Sosial. Sampai saat ini belum ada
Universitas yang mngkhususkan sosiologi dalam suatu fakultas sendiri,
namun telah ada Jurusan Sosiologi pada beberapa fakultas Sosial dan
Politik UGM, UI dan UNPAD. Penelitian-penelitian sosiologi di Indonesai
belum mendapat tempat yang sewajarnya, oleh karena masyarakat masih
percaya pada angka-angka yang relative mutlak, sementara sosiologi tidak
akan mungkin melakukan hal-hal yang berlaku mutlak disebkan
masing-masing manusia memiliki kekhususan. Apalagi masyarakat Indonesia
merupakan masyarakat majemuk yang mencakup beratus suku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar